Senin, 07 Juli 2014
Tentang Propinsi Sulawesi Tengah
Sejarah singkat Propinsi Sulawesi
Tengah. Propinsi terbesar dipulau Sulawesi adalah Sulawesi Tengah dengan luas
daratan 68,033 kilo meter persegi dan wilayah laut 189,480 kilometer
persegi,terletak dibagian barat kepulauan malukudan bagian selatan Negara
Filipina. Secara administratif terbagi dalam Sembilan kabupaten dan satu, kota
yakni kabupaten Donggala, parigi Moutong ,poso, morowali,Tojo unauna, Banggai,
banggai kepulauan Tolitol, Buol dan Sigi serta kota palu. Jumlah penduduk
Sulawesi Tengah 2.875.000 jiwa sesuai sensus penduduk tahun 2007.
Karena letaknya yang strategis,
pelabuhan – pelabuhannya menjadi tempat persinggahan kapal-kapal portugis dan
spanyol lebih dari 500 tahun yang lampau. Pada bulan januari 1580, pengeliling
dunia Sir Francis Drake dengan kapalnya The Golden Hind pernah singgah disalah
satu pulau kecil dipantai timur propinsi ini selama sebulan. Meskipun tidak ada
catatan sejarah, bukti persinggahan pelaut-pelaut Portugal dan Spanyol di
negeri ini masih ada seperti pada bentuk pakaian masyarakat hingga dewasa
ini.Setelah dikuasai oleh belanda pada tahun 1905, Sulawesi tengah dibagi
menjadi beberapa kerajaan kecil dibawah kekuasaan raja-raja yang memiliki kewenagan
penuh. Pemerintahan belanda membagi Sulawesi tengah menjadi tiga daerah yaitu
wilayah barat yang dikenal dengan kabupaten Donggala dan Beol Tolitoli yang
berada dibawah kekusaan gubernur yang berkedudukan dimakasar, Sulawesi selatan.
Dibagian tengah yang membujur di kawasan timur laut yakni sebagian Donggala dan
bagian selatan poso berada dibawah pengawasan Residen di manado, Sulawesi
utara. Sedangkan bagian timur Sulawesi tengah terdiri atas kabupaten Banggai
dan Banggai kepulauan yang berada dibawah kendali Buton, Sulawesi Tenggara.Pada
tahun 1919, raja-raja yang masih berkuasa dibawah pemerintahan Belanda
menanda-tangani suatu perjanjian yang disebut Korte Verklaring Renewcame.
Perjanjian ini untuk meemperbaharui perjanjian mereka dimana seluruh daerah
Sulawesi Tengah dipercaya kepada kekuasaan residen Sulawesi Utara.
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri
atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
Etnis Kaili berdiam di kabupaten
Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
Etnis Kulawi berdiam di kabupaten
Sigi
Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
Etnis Pamona berdiam di kabupaten
Poso
Etnis Mori berdiam di kabupaten
Morowali
Etnis Bungku berdiam di kabupaten
Morowali
Etnis Saluan atau Loinang berdiam di
kabupaten Banggai
Etnis Balantak berdiam di kabupaten
Banggai
Etnis Mamasa berdiam di kabupaten
Banggai
Etnis Taa berdiam di kabupaten
Banggai
Etnis Bare'e berdiam di kabupaten
Poso, Touna
Etnis Banggai berdiam di Banggai
Kepulauan
Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten
Tolitoli
Etnis Tomini mendiami kabupaten
Parigi Moutong
Etnis Dampal berdiam di Dampal,
kabupaten Tolitoli
Etnis Dondo berdiam di Dondo,
kabupaten Tolitoli
Etnis Pendau berdiam di kabupaten
Tolitoli
Etnis Dampelas berdiam di kabupaten
Donggala
Di samping 13 kelompok etnis, ada
beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala dan
Sigi, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan Suku Ta' di Banggai dan suku Daya
di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22
bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun
masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah
dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi
Tengah adalah Mandar, Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di
Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah
ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen,
Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat
gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata
pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan
cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan
berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang
merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah
pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti
Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang
melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara
untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta
tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Budaya
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang
diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan
dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah
warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk
dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami
Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut
yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di
pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis
dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi,
juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah
Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat
seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki
tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di
Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda
yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat
ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan
memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi
Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah
berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit
beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah
terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki
satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang
digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat
tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa
hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang
emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa.
Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang
panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada
hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di
pinggang melengkapi pakaian adat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar